Minggu, 06 Maret 2011

KULTUM TARAWIH (Derajat Puasa)

DERAJAT PUASA

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِىْ هَدَانَا اِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ. وَجَعَلَ لَنَا الصِّيَامَ جُنَّةً وَحِصْنًا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَّ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ. شَهَادَةً تُنْجِىْ قَائِلَهَا مِنْ اَهْوَالِ يَوْمٍ عَظِيمٍ. وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْحَبِيْبُ الْكَرِيمُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبــَارِكْ عَلَـيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ الْعَظِيمِ. صَلاَةً وَسَلاَمًا دَائِمَيْنِ مُتَلاَزِمَيْنِ اِلَى يَوْمِ لاَ يَنْفَعُ مَالٌ وَلاَ بَنُونٌ اِلاَّ مَنْ اَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ. عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِىْ بِتَقْوَى اللهِ، وَاتَّقُوا اللهَ اِنَّ اللهَ بِكُلِّ شَيٍْء عَلِيمٌ.

Ma’asyiral-muslimin wazumratal-mukminin rahimakumullah
Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan nikmat dan karunia-Nya kepada kita. Salawat dan salam sejahtera semoga senantiasa tercurah ke haribaan baginda Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya, termasuk kita sekalian selaku umatnya.

Ma’asyiral-muslimin wazumratal-mukminin rahimakumullah
Ibadah puasa yang sedang kita laksanakan sekarang ini merupakan salah satu asas atau pokok kewajiban dalam ajaran Islam. Oleh karena itu, sebagaimana ibadah-ibadah yang lain dalam Islam, dalam Ibadah puasa pun kita dituntut untuk menyempurnakan kewajiban ini dengan sebaik-baiknya. Karena sempurna dan tidaknya ibadah puasa itu akan menentukan derajat puasa kita di hadapan Allah SWT.
Imam al-Ghazali menyebutkan di dalam kitabnya – Ihya Ulumiddin – bahwa orang-orang yang berpuasa itu terbagi menjadi tiga tingkatan sesuai dengan amaliahnya masing-masing.
Pertama shaumul awam, yakni puasanya orang-orang awam yang hanya menahan diri dari lapar, haus, dan bersetubuh saja. Sementara mulutnya masih suka menggunjing, matanya masih suka melihat hal-hal yang menimbulkan syahwat, anggota badan lainnya masih suka melakukan pekerjaan yang sebenarnya tidak bernilai ibadah, dan sebagainya yang sia-sia.
Puasa seperti ini, secara syari’at tetap sah, tetapi sangat riskan dan dikhawatirkan tidak mendapatkan keagungan pahala puasa sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah SWT. Rasulullah SAW telah memperingatkan di dalam sabdanya:

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَـيْسَ لَهُ مِنْ صَوْمِهِ اِلَّا الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ. (رواه النسائى)

Betapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan apapun dari puasanya itu kecuali rasa lapar dan dahaga saja. (HR. Nasa’i)

Ma’asyiral-muslimin wazumratal-mukminin rahimakumullah
Kedua shaumul khusus, yakni puasa khusus. Yaitu puasanya orang-orang yang telah mampu menahan dirinya bukan hanya dari lapar, dahaga, dan bersetubuh saja, melainkan ia sanggup menahan anggota badan lainnya dari hal-hal yang akan mendatangkan dosa. Lisannya tidak lagi berkata sesuatu yang tidak berguna, apalagi ghibah, namimah, fitnah, dusta, sumpah palsu, dan sebagainya. Telinganya tidak lagi mendengarkan sesuatu yang tidak mendatangkan manfaat bagi dirinya. Matanya tidak lagi melihat sesuatu yang akan mengotori hatinya. Kaki dan tangannya tidak lagi digerakkan untuk sesuatu yang tidak ada faidahnya. Dan sebagainya.
Shaumul-khusus bukan hanya memelihara diri dari sesuatu yang mebatalkan ibadah puasa secara syar’i, tetapi lebih dari itu memelihara diri dari segala sesuatu yang membatalkan ibadah puasa secara hakiki. Sebab seseorang bisa saja puasanya dianggap sah selama ia tidak makan, minum, dan bersetubuh. Tetapi ia kehilangan ruh dari puasanya itu sendiri, yakni menghiolangkan sifat-sifat kotor dan tercela yang melekat pada hati dan seluruh anggota badan lainnya.
Rasulullah SAW bersabda:

خَمْسٌ يُفْطِرْنَ الصَّائِمَ: الْكَذِبُ وَالْغِـيْبَةُ وَالنَّمِيْمَةُ وَالْيَمِيْنُ الْكَاذِبَةُ وَالـنَّظَرُ بِشَهْوَةٍ. (اخرجه الـازدي)

Ada lima perkara yang akan membatalkan (pahala) puasa, yaitu: dusta, ghibah (menggunjing), profokasi (mengadu domba), sumpah palsu, dan melihat sesuatu yang menimbulkan syahwat. (HR. Azadi)

Pada hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda:

لَيـْسَ الصِّيَامُ مِنَ اْلاَكْلِ وَالشُّرْبِ، اِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ، فَاِنْ سَابــَّكَ اَحَدٌ اَوْ جَهِلَ عَلَـيْكَ فَقُلْ اِنِّىْ صَائِمٌ اِنِّىْ صَائِمٌ. (رواه الحاكم والبيهقى)

Puasa itu bukanlah sekedar tidak makan dan minum saja, tetapi sebenarnya puasa adalah menahan diri dari perbuatan sia-sia dan perkataan kotor. Apabila seseorang mencela atau memusuhimu, maka katakanlah: aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa. (HR. Hakim dan Baihaqi).

Ma’asyiral-muslimin wazumratal-mukminin rahimakumullah
Ketiga dan paling istimewa adalah shaum khushushi-khushush. Yakni puasanya orang-orang yang bukan hanya menahan diri dari makan, minum, bersetubuh, serta memelihara diri dari sifat-sifat tercela sebagaimana puasa khusus. Lebih dari itu, shaum khushushil-khushush ini adalah puasanya orang-orang yang mampu memelihara hatinya dari bisikan-bisikan duniawi. Hatinya senantiasa diarahkan untuk mengingat Allah SWT. Langkah kakinya, gerak tangannya, kedip matanya, desah napasnya, dan detak jantungnya adalah alunan dzikir yang tiada hentinya menyebut Asma Allah. Bagi mereka yang sudah mampu melakukan puasa seperti ini disebut sebagai ulul-albab, yakni orang-orang yang mempunyai akal, dan dengan akalnya itu ia mampu mengenal Allah SWT. Sebagaimana Firman-Nya:

       •    

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang beraka. (QS. 3:190)

                    • 

(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (QS. 3:191)

Ma’asyiral-muslimin wazumratal-mukminin rahimakumullah
Perbedaan derajat orang yang berpuasa ini disandarkan pada tingkatan iman, kemantapan ilmu, dan kesempurnaan amal masing-masing. Maka momentum puasa ini, marilah kita berlomba-lomba untuk meningkatkan iman, ilmu dan amal saleh. Sebab tanpa iman, ilmu dan amal saleh tidak berarti di hadapan Allah. Rasulullah SAW bersabda:

لاَ يُقْبَلُ اِيـْمَانٌ بِلاَ عَمَلٍ وَلاَ عَمَلٌ بِلاَ اِيـْمَانٍ. (الطبرانى)

Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan, dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman. (HR. Thabrani)

Tanpa ilmu, iman dan amal saleh tidak bernilai dalam pandangan Allah. Rasulullah SAW telah mengingatkan:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَـيْسَ لَهُ اَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ. (مسلم)

Barangsipa melakukan amal perbuatan yang berkaitan dengan masalah ibadah yang bukan atas syari'at kami, maka amal perbuatannya itu tertolak. (HR. Muslim)

Sedangkan tanpa amal saleh, iman dan ilmu hanya akan mengundang murka Allah. Al-Quran dengan tegas menyatakan:

                  

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (QS. Ash-Shaf: 2-3)

Tetapi apabila iman, ilmu, dan amal itu menyatu secara utuh, maka terbentuklah citra pribadi mukmin dan muslim yang kaffah, karakter dan sikap yang istiqamah, teguh dan kukuh dalam melaksanakan ibadah. Karena dengan iman kokoh, ilmu dan amal akan membawa berkah. Dengan ilmu yang mantap, iman dan amal akan menjadi rahmah. Dengan amal saleh iman dan ilmu akan menjadi sumber hikmah. Demi meraih kebahagiaan yang hakiki fid-dunya hasanah wafil-akhirati hasanah.
Allah SWT berfirman:

              
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadalah: 11)

Ma’asyiral-muslimin wazumratal-mukminin rahimakumullah
Dari uraian di atas, sudah menjadi keharusan bagi kita untuk meningkatkan amaliah puasa kita. Apabila selama ini kita berpuasa hanya sebatas menahan diri dari makan, minum, dan bersetubuh saja, maka sudah saatnya kita meningkatkan nilai dan kualitas ibadah kita menjadi lebih baik lagi. Yakni dengan menjaga dan memelihara seluruh anggota badan kita dari sifat-sifat tercela yang dapat menodai kemurnian ibadah puasa.

بارك الله لـى ولكم
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

KULTUM TARAWIH (Amaliah Ramadhan)

AMALIAH RAMADHAN

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. نَحْمَدُه وَنَسْتَعِيْنُه وَنَسْتَغْفِرُه، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ اَنْفُسِنَا وَمِنْ سَــيّــِآتِ اَعْمَالِنَا. مَنْ يــَّــهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لــَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لــَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَّ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَه لاَ شَرِيْكَ لَهُ.شَهَادَةً تُنْجِيْنَا مِنْ جَمِيْعِ اْلآفَاتِ وَالنِّقْمَةِ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُه وَرَسُولُه الَّذِىْ لاَ نَبِيَّ بــَعْدَهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَـيْهِ وَعَلى آلِه وَصَحْبِه وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. اَمَّا بَعْدُ: عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيكُمْ وَنَفْسِىْ بِتَقْوَى اللهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَاِنَّ اللهَ مَعَ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا وَّالَّذِيْنَ هُمْ مُحْسِنُوْنَ.

Hadirin hamba Allah yang berbahagia.
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan nikmat dan anugerahnya kepada kita, hingga saat ini kita masih diperkenankan menikmati jamuan bulan suci Ramadhan. Salawat dan salam semoga tercurah ke haribaan bagina Rasulullah SAW, kepada keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Hadirin hamba Allah yang berbahagia.
Di dalam sebuah haditsnya Rasulullah SAW bersabda:

لَوْ تَعْلَمُ اُمَّتِىْ مَا فِىْ رَمَضَانَ، لَــتَمَـنَّوْا اَنَّ السَّــنَةَ كُلَّهَا رَمَضَانُ.

Sekiranya umat-umatku mengetahui apa yang ada di bulan Ramadhan, pastilah mereka meminta kepada Allah agar semua bulan dalam satu tahun itu Ramadhan.

Mengapa demikian?
Karena pada bulan Ramadhan ini Allah SWT menyediakan beberapa fasilitas yang tidak terdapat pada bulan-bulan yang lainnya. Oleh karena itu, selain menjalankan ibadah puasa Ramadhan, kita dianjurkan untuk memanfaatkan fasilitas yang Allah sediakan ini dengan sebaik-baiknya, di antaranya:

Pertama, dengan membiasakan shalat Tarawih di malam hari, dan lebih diutamakan dilaksanakannya secara berjamaah di masjid atau mushalla. Karena dengan berjamaah akan memperoleh beberapa keuntungan, di antaranya pahala akan dilipatgandakan, lebih menimbulkan kekhusyu'an, dan terjalin kebersamaan, persatuan, dan kesatuan umat.
Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ اِيــْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa yang mendirikan shalat (sunnah tarawih) di bulan Ramadhan dengan keimanan dan mengharapkan keridhaan Allah, maka ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhari)

Kedua, memperbanyak tadarus al-Qur’an – baik sendirian maupun berjamaah – di masjid, mushalla, atau majlis-majlis dzikir. Hal ini dicontohkan oleh Rasulullah SAW sebagaimana kesaksian yang diungkapkan oleh Ibnu Abbas radiyallahu anhu:

كَانَ الـنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَـيْهِ وَسَلَّمَ اَجْوَدَ الــنَّاسِ بِالْخَيْرِ، وَكَانَ اَجْوَدَ مَا يَكُوْنُ فِىْ رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ كُلَّ لَــيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ ، فَاِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيْلُ كَانَ اَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيــْحِ الْمُرْسِلَةِ.

Rasulullah adalah seorang yang amat pemurah, dan lebih pemurah lagi di bulan Ramadhan, yaitu ketika Jibril dating menemuinya. Di bulan Ramadhan biasanya Jibril dating menemui Nabi setiap malam. Dan mereka bergantian membaca Al-Qur’an. Sungguh keesokan harinya Nabi lebih pemurah berbuat kebaikan daripada murahnya angina yang berhembus.

Hadirin hamba Allah yang berbahagia.
Ketiga, memperbanyak dzikir dan do'a kepada Allah SWT. Sebab sebagaimana yang telah dijanjikan, bahwa di bulan Ramadhan ini Allah SWT berkenan membukakan pintu ijabah untuk mengabulkan setiap permohonan dan do’a dari hamba-hamba-Nya yang beriman.
Allah SWT berfirman:

                   

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah: 186)

Rasulullah SAW menegaskan di dalam sabdanya:

ثَلاَثَةٌ لـَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الْاِمَامُ الْعَادِلُ، وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ.

Ada tiga do’a yang tidak akan tertolak, yaitu: (pertama) do’anya seorang pemimpin yang adil, (kedua) do’anya orang yang berpuasa sampai ia berbuka, dan (ketiga) do’anya orang yang teraniaya. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Hadirin hamba Allah yang berbahagia.
Keempat, bulan Ramadhan yang mulia ini kita jadikan sebagai momentum untuk memperbanyak sedekah kepada faqir-miskin. Karena salah satu hikmah yang dapat kita rasakan dengan berpuasa adalah rasa lapar dan haus. Tentu saja dari sini lahir kepekaan solidaritas sosial kepada saudara-saudara kita yang hidup dengan serba kekurangan.
Rasulullah SAW bersabda:

وَمَنْ قَضَى حَــاجَةَ اَخِـــيْهِ الْــمُسْلِمِ فِى رَمَضَانَ، قَــضَى اللهُ تَعَالـَـى لـَهُ اَلْفَ حَاجَــةٍ يــَـوْمَ الْـــقِيَامَةِ.

Barangsiapa yang mencukupi kebtuhan saudaranya sesama muslim di bulan Ramadhan, maka Allah akan mencukupi seribu macam kebutuhannya di hari kiamat.


Dalam hadis yang lain Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَـيْهِ فِى الدُّنْيَا وَاْلاَخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِى الدُّنْيَا وَاْلاَخِرَةِ، وَاللهُ فِىْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا دَامَ الْعَبْدُ فِىْ عَوْنِ اَخِيْهِ. (روه مسلم)

Barangsiapa melapangkan kesusahan dari seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melapangkan baginya kesusahan-kesusahan di di hari kiamat. Barangsiapa memudahkan kesukaran dari seseorang, maka Allah akan memudahkan baginya kehidupan di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hambanya selama hamba itu mau menolong saudaranya. (HR. Muslim)

Kelima, dianjurkan bagi umat Islam – di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini – untuk memperbanyak melakukan i’tikaf di masjid. Yakni berdiam di masjid dengan memfokuskan diri untuk berdzikir, mengerjakan shalat-shalat sunnah, tadarrus Al-Quran, dan sebagainya, terutama di sepuluh malam terakhir untuk menanti turunnya “lailatul-qadr”. Wabil-khusus bagi kaum muslimah diperbolehkan jiga melakukan i’tikaf di rumahnya masing-masing. Sebab Al-Quran sendiri telah menyatakan, bahwa beribadah pada “lailatul-qadr” itu lebih utama dan lebih baik dari pada seribu bulan. Malam keagungan dan kemuliaan bagi orang-orang yang mengisinya dengan amal kebajikan. Malam pemberian anugerah dari Allah SWT bagi hamba-hamba-Nya yang pada saat itu sedang memantapkan ketaatan dan keimanan.
Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Siti Aisyah radiyallahu ‘anha memberikan kesaksiannya:

اَنَّ الــنَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَــيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْاَوَاخِرَ حَتَّى تـَوَفَّاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ، ثُمَّ اعْتَكَفَ اَزْرَاجُهُ مِنْ بَعْدِ.

Sesungguhnya Nabi SAW beri’tikaf pada tiap-tiap sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan hingga beliau wafat. Kemudian isteri-isteri beliau meneruskan i’tikaf seperti itu sesudah beliau wafat.

Hadirin hamba Allah yang berbahagia.
Demikianlah beberapa amalan yang dapat kita lakukan untuk mengisi bulan Ramadhan ini, dan tentu saja masih banyak amalan yang lainnya yang bernilai ibadah yang dapat kita lakukkan, agar bulan yang mulia ini tidak berlalu begitu saja tanpa isi dan makna.
Untuk mengakhiri kuliah Ramadhan kita saat ini, saya ingin mengetengahkan sebuah hadis, agar kita lebih bersemangat untuk memanfaatkan Ramadhan ini dengan memperbanyak amal saleh dan ketaatan.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menaiki mimbar untuk berkhotbah. Pada saat beliau menginjak anak tangga pertama, beliau mengucapkan "amin". Begitu pula pada saat beliau menginjak anak tangga kedua dan ketiga. Seusai shalat para sahabat bertanya, "mengapa engkau mengucapkan amin?". Beliau menjawab: "Malaikat Jibril datang dan berkata: 'Kecewa dan merugi seseorang yang bila namamu disebut dan ia tidak bersalawat kepadamu', lalu aku berucap amin. Kemudian Malaikat Jibril berkata lagi: 'Kecewa dan merugi orang yang berkesempatan hidup bersama kedua orang tuanya tetapi dia tidak dapat masuk surga karena dia tidak berbuat baik kepada keduanya', lalu aku berucap amin. Kemudian Malaikat Jibril berkata lagi: 'Kecewa dan merugi orang-orang yang berkesempatan hidup pada bulan Ramadhan tetapi tidak diampuni dosa-dosanya karena tidak melaksanakan ibadah puasa dengan sebenarnya'. lalu aku berucap amin. (HR. Ahmad).
Semoga Allah SWT memberikan kesempatan kepada kita semua untuk menghiasi hari-hari di bulan Ramadhan ini dengan amal ibadah sebanyak-banyaknya, dan semoga Allah SWT membukakan pintu keridhaan-Nya untuk kita semua. Amin ya Rabbal-‘alamin.


بارك الله لـى ولكم
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

KULTUM TARAWIH (Hikmah Puasa Ramadhan)


HIKMAH PUASA RAMADHAN

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِىْ فَرَضَ عَلَـيْنَا فِىْ شَهْرِ رَمَضَانَ الصِّيَامَ. وَاَمَرَنَا  لَـيْلَهُ بِكَثْرَةِ الْعِبَادَةِ وَالْقِيَامِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَّ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْعَلاَّمُ. شَهَادَةً تُنــْجِىْ قَائِلَهَا مِنْ اَهْوَالِ يَوْمِ الزِّحَامِ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَعْصُومُ عَنِ الذُّنــُوبِ وَاْلآثَامِ. اَللّهُمَّ صَلِّ  وَسَلِّمْ وَبــَارِكْ عَلـَيْهِ خَيْرِ اْلاَنــَامِ. سَيِّدِنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلـَى آلِه وَاَصْحَابِه وَمَنْ شَرَحَ اللهُ صَدْرَهُ لِلاِسْلاَمِ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ! اُوْصِيكُمْ وَاِيــَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنــْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.  
           
Segala puji serta syukur marilah senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah mencurahkan nikmat dan karunia-Nya kepada kita sekalian. Salawat teriring salam semoga tetap tersanjungkan kepada Baginda Rasulullah SAW, kepada para keluarganya, sahabatnya, dan seluruh umatnya yang setia mengkuti ajarannya.

Hadirin kaum muslimin-muslimat hamba Allah yang berbahagia.
            Pada hakikatnya, Allah tidak membutuhkan kebaikan yang dilakukan oleh makhluk-Nya.. Sebab Allah Maha Kaya, sama sekali tidak membutuhkan kebaikan makhluk-Nya. Allah Maha Kuasa, sama sekali tidak membutuhkan pertolongan makhluk-Nya. Dan Allah Maha Memberi, sama sekali tidak membutuhkan pemberian makhluk-Nya. Adapun ibadah yang Allah wajibkan kepada hamba-hamba-Nya itu adalah untuk kebaikan si hamba itu sendiri. Sebagaimana Allah mewajibkan shalat, zakat, termasuk puasa semuanya bukan untuk kepentingan Allah, melainkan untuk kepentingan dan keuntungan manusia. Sebab apa pun yang diperintahkan Allah kepada hamba-Nya pastilah mengandung kebaikan di dalamnya. Dan apa pun yang dilarang oleh Allah dari hamba-Nya pastilah ia mengandung kemudaratan di dalamnya.


Allah SWT berfirman:

$ygƒr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6øn=tæ ãP$uÅ_Á9$# $yJx. |=ÏGä. n?tã šúïÏ%©!$# `ÏB öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? ÇÊÑÌÈ  

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. 2:183)

Hadirin kaum muslimin-muslimat hamba Allah yang berbahagia.
            Pada ayat tersebut, Allah SWT menyeru kepada orang-orang yang beriman untuk melaksanakan puasa. Menurut bahasa, puasa artinya menahan diri dari segala sesuatu secara mutlak. Sedangkan menurut syara’ artinya menahan diri dari makan, minum, bersetubuh, serta segala sesuatu yang dapat membatalkannya di siang hari disertai dengan niat.
Apa tujuannya? Allah SWT menegaskan: “la’allakum tattaqun”, agar kamu semuanya menjadi orang-orang yang bertakwa. Yakni melaksanakan perintah Allah dengan sebenar-benarnya, dan menjauhi larangan Allah dengan kesungguhan hatinya.
Adapun hikmah diwajibkannya puasa secara umum sama dengan hikmah disyari’atkannya hukum Islam yang lainnya, namun secara lebih spesifik hikmah puasa dapat kita uraikan, di antaranya:
            Pertama, puasa merupakan wujud ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya yang mempunyai kewajiban menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Allah SWT berfirman:

$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Y9$# (#rßç6ôã$# ãNä3­/u Ï%©!$# öNä3s)n=s{ tûïÏ%©!$#ur `ÏB öNä3Î=ö6s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? ÇËÊÈ  

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (QS. 2:21)

            Kedua, puasa merupakan salah satu bentuk syukur nikmat, yakni menggunakan segala pemberian dan karunia Allah SWT sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya.
Allah SWT berfirman:

ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ  
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl:78)

            Ketiga, puasa mendidik manusia untuk menjadi pribadi yang amanah -- terpercaya, benar, dan jujur. Walaupun tidak seorang pun mengetahui apa yang kita makan dan apa yang kita minum di siang hari, seorang yang berpuasa tidak akan melakukannya karena mempunyai keyakinan bahwa Allah selalu memonitor setiap gerak, langkah, dan perbuatannya.
Rasulullah bersabda:

لاَ اِيـْمَانَ لِـــمَنْ لاَ اَمَــــانَةَ لـَـــهُ، وَلاَ دِيــْنَ لِـــــــمَنْ لاَ عَهْــــدَ لـَــهُ. (الديلمى)

Tidak semurna imannya seseorang yang tidak mempunyai sifat amanah. Dan tidak sempurna agama seseorang yang tidak memegang teguh janjinya. (HR. Dailami)

            Keempat, puasa mendidik manusia untuk bersikap istiqamah, yakni teguh pendirian dalam meyakini dan mengamalkan kebenaran serta menyempurnakannya dengan penuh keikhlasan. Bagaimana tidak. Seorang yang berpuasa tidak akan berani memasukkan makanan ataupun minuman ke dalam mulutnya, jika belum pada waktunya. Orang-orang yang istiqamah mendapatkan pujian dan anugerah dari Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:

¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#qä9$s% $oYš/z ª!$# §NèO (#qßJ»s)tFó$# Ÿxsù ì$öqyz óOÎgøŠn=tæ Ÿwur öNèd šcqçRtøts ÇÊÌÈ  

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.  (QS. Al-Ahqaf:13)

            Kelima, puasa Ramadhan berfungsi sebagai formula untuk membersihkan diri dan jiwa manusia dari sufat-sifat kebinatangan yang hanya memikirkan makan, minum, dan memperturutkan syahwat tanpa batas. Dengan puasa, sifat-sifat hewani tersebut diarahkan dan dikendalikan agar tetap terjaga dan dalam koridor kesucian.
Allah SWT berfirman:

(#qè=à2ur (#qç/uŽõ°$#ur Ÿwur (#þqèùÎŽô£è@ 4 ¼çm¯RÎ) Ÿw =Ïtä tûüÏùÎŽô£ßJø9$# ÇÌÊÈ  

Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A'raf:31)
            Keenam, puasa mengandung unsur kesehatan lahir dan batin. Sebagaimana para ahli kesehatan mengatakan, bahwa puasa ditinjau dari kesehatan jasmani adalah suatu cara untuk membersihkan tubuh, menghilangkan hal-hal yang memungkinkan bertambahnya racun berbahaya atau bertambahnya makanan yang tidak semestinya.  Di samping itu, puasa merupakan suatu cara untuk mengistirahatkan alat pencernaan dan penyerapan serta alat-alat pendistribusian makanan yang telah dicerna, serta memberikan kesempatan untuk memulihkan kembali organ-organ yang lemah bekerja.
Sedangkan secara batiniyah, puasa dapat memelihara kesehatan jiwa dari hal-hal yang dpat menimbulkan dosa. Karena orang yang berpuasa akan berusaha untuk memelihara dan menjaga puasanya dari segala sesuatu yang dapat membatalkan pahala puasanya.
Rasulullah SAW bersabda:

خَمْسٌ يُفْــطِرْنَ الــصَّائِمَ: اَلْكِذْبُ، وَالـــنَّمِــيْمَةُ، وَالْــغِيْبَةُ، وَالْــيَمِـيْنُ الْـــغَمُوسُ، وَالـــنَّظْرَةُ بِالشَّهَوَاتِ.

Ada lima perkara yang dapat membatalkan pahala puasa: pertama dusta, kedua mengadu domba atau provokasi, ketiga ghibah atau menggunjing, keempat sumpah palsu, dan kelima melihat sesuatu yang menimbulkan syahwat.

            Oleh karena itu, dalam hadis yang lain Rasulullah SAW menegaskan tentang hakikat puasa sebagaimana sabdanya:

لَيـْسَ الصِّيَامُ مِنَ اْلاَكْلِ وَالشُّرْبِ، اِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ، فَاِنْ سَابــَّكَ اَحَدٌ اَوْ جَهِلَ عَلَـيْكَ فَقُلْ اِنِّىْ صَائِمٌ اِنِّىْ صَائِمٌ. (رواه الحاكم والبيهقى)

Puasa itu bukanlah sekedar tidak makan dan minum saja, tetapi sebenarnya puasa adalah menahan diri dari perbuatan sia-sia dan perkataan kotor. Apabila seseorang mencela atau memusuhimu, maka katakanlah: aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa. (HR. Hakim dan Baihaqi).

Ketujuh, puasa mendidik manusia agar mempunyai sifat welas asih. Dengan berpuasa sesorang akan merasakan betapa tidak enaknya perut yang kosong. Akan tetapi seperih apapun perut, ketika maghrib menjelang semuanya hilang sirna, karena perut sudah terisi kembali dengan makanan. Tetapi mereka yang setiap hari hidup kelaparan dan serba kekurangan tidak mengatahui kapan semuanya akan berakhir. Oleh karena itu dengan puasa diharapkan dapat menimbulkan rasa solidaritas sosial yang tinggi terhadap faqir, miskin, dan kaum dhu’afa.
Rasulullah SAW bersabda:

لاَ ُيؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلاَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ. (مسلم)

Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai diirinya sendiri. (Muslim)

Hadirin kaum muslimin-muslimat hamba Allah yang berbahagia.
            Kita akan mendapat hikmah dari ibadah puasa di bulan Ramadhan ini hanya apabila kita berpuasa sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW, tidak seperti kebiasaan orang-orang zaman sekarang, di mana pada bulan Ramadhan mereka justeru memuaskan diri dengan berbagai jenis makanan, terutama ketika mereka berbuka puasa. Segala macam hidangan disediakan. Sudah pasti uang belanja membengkak. Mereka tidak memahami konsep puasa, di mana dengan puasa sebenarnya kita dilatih untuk merasa lapar dan haus sebagaimana kaum faqir-miskin. Sehingga dari itu timbul rasa kepekaan social terhadap penderitaan orang lain. Mereka menjadikan bulan Ramadhan justeru sebagai bulan untuk berfoya-foya, untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Kebiasaan seperti ini tentu saja bertentangan dengan hikmah yang terkandung di dalam puasa itu sendiri. Oleh sebab itu, kebiasaan seperti ini harus dihilangkan, agar mereka tidak menjadi orang-orang yang rugi karena mereka hanya mendapatkan lapar dan haus belaka.
Demikianlah di antara hikma-hikmah diwajibkannya ibadah puasa, semoga kita diberikan kekuatan untuk mampu melaksanakannya dengan sempurna.

هدانا الله وايـّـاكم اجمعـيـن
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

KULTUM TARAWIH (Keutamaan Ramadhan)


KEUTAMAAN RAMADHAN

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِىْ اَنْعَمَ عَلـَــيْنَا بِشَهْرِ رَمَضَانَ. شَهْرٌ اُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلـــنَّاسِ وَبـــَيــَِنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وْالْفُرْقَانِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَّ اِلـَـــهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لـَهُ، وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلـُهُ الَّذِىْ لاَ نَبِيَّ بـَعْدَهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبـــَارِكْ عَلـَيْهِ وَعَلـَى آلـِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِــإِحْسَانٍ. وَاللهُ سُبْحَانَهُ وَتـَعَالـَى يَقُوْلُ وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِى الْمُهْتَدُونَ. وَاِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوْا لـَهُ وَاَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. اَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ.  يَااَيــُّـهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَـيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَـبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَــتَّــقُونَ {البقرة:183}.
           
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang masih memberi kesempatan kepada kita sekalian untuk menikmati jamuan surga yang dihidangkan di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Salawat dan sealam sejahtera semoga senantiasa tercurah ke haribaan baginda Nabi Muhammad SAW, tak lupa kepada keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang senantiasa mengikuti jejak langkahnya hingga akhir masa.

Hadirin kaum muslimin-muslimat yang berbahagia.
            Satu hari di bulan Ramadhan ini telah kita lalui dengan puasa yang kita laksanakan dengan penuh keikhlasan. Semoga puasa kita di hari pertama ini menjadi puasa yang berlimpah rahmah dan berkah dari Allah SWT. Dan menjelang hari kedua di bulan Ramadhan ini, kita semuanya berharap semoga keutamaan dan kemuliaan Ramadhan tetap berlimpah kepada kita, sehingga kita diberikan kekuatan lahir dan batin untuk melaksanakan ibadah puasa ini dengan baik, benar, dan sempurna.
            Untuk lebih memperkaya wawasan dan pengetahuan kita tentang keutamaan serta kemuliaan Ramadhan, marilah kita simak kembali penuturan Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda:
مَنْ حَضَرَ مَجْلِسَ الْعِلْمِ فِى رَمَضَانَ، كَتَبَ اللهُ تـَعَالـَى بِكُلِّ قَــدَمٍ عَبَادَةَ سَنَةٍ وَيـَكُوْنُ مَعِىْ تَحْتَ الْــعَرْشِ. وَمَنْ دَاوَمَ عَلـَى الْجَمَاعَةِ فِىْ رَمَضَانَ اَعْــطَاهُ اللهُ تـَعَالـَى  بِكُلِّ رَكْـعَةٍ مَدِيْنَةً تَمْلـَأُ مِنْ نِــعَمِ اللهِ تَعَالـَى.

Barangsiapa yang menghadiri majlis ilmu di bulan Ramadhan, maka Allah mencatatnya pada setiap langkahnya sebagai ibadah satu tahun, dan ia akan bersamaku (di hari kiamat) di bawah naungan ‘arsy. Dan barangsiapa mendawamkan shalat berjama’ah di bulan Ramadhan, maka Allah akan memberinya pahala sebuah tempat yang indah yang berkah untuk setiap raka’atnya.

وَمَنْ بَرَّ وَالِـــدَيــْهِ فِى رَمَضَانَ  يـــَنَالُ  نَظْرَ  اللهِ بـــِالرَّحْمَةِ، وَاَنـَا كَفِيلٌ فِى الْــجَنَّةِ.

Barangsiapa yang berbuat baik kepada kedua orang tuanya di bulan Ramadhan, maka ia akan memperoleh pandangan Allah yang penuh berkah, dan akulah yang akan menanggungnya di dalam sorga.

Di dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda:

رِضَى الرَّبِّ فِى رِضَى اْلــــوَالِدَيـــْنِ وَسُخْطُ الرَّبِّ فِىْ سُخْطِ الْـــوَالِدَيــْنِ. (الحاكم)

Ridhanya Allah tergantung pada ridhanya kedua orang tua, dan murkanya Allah tergantung pada murkanya kedua orang tua. (HR. Hakim)

Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda:

وَمَا  مِنْ  اِمْرَأَةٍ  تَطْلُبُ  رِضَا  زَوْجِهَا  فِى رَمَضَانَ،  اِلاَّ وَلـَهَا ثَوَابُ آسِيَةَ وَمَرْيَمَ.

Dan tidaklah seorang istri meminta ridha dari suaminya di bulan Ramadhan, melainkan ia akan mendapatkan pahala seperti pahalanya dua orang perempuan surga, yakni Siti Asiyah dan Siti Maryam.

Di dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda:

اَيـــُّمَا امْرَأَةٍ صَلَّتْ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَاَطَاعَتْ بـَعْلَهَا فَمَاتَتْ فَقِــيْلَ لـَهَا: اُدْخُلِى الْجَــنَّةَ مِنْ اَيِّ اَبــْـوَابٍ  شِئْتِ.

Siapa saja seorang perempuan yang melaksanakan shalat lima waktunya, berpuasa di bulan Ramadhannya, dan taat kepada suaminya, pada saat seperti itu ia mati, maka kelak di akhirat nanti kepadanya akan diserukan: “masuklah kamu ke surga dari pintu yang mana pun kamu suka!”.

Hadirin kaum muslimin-muslimat yang berbahagia.
Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda:

وَمَنْ قَضَى حَــاجَةَ اَخِـــيْهِ الْــمُسْلِمِ فِى رَمَضَانَ، قَــضَى اللهُ تَعَالـَـى لـَهُ اَلْفَ حَاجَــةٍ يــَـوْمَ الْـــقِيَامَةِ.

Barangsiapa yang mencukupi kebutuhan saudaranya sesama muslim di bulan Ramadhan, maka Allah akan mencukupi seribu macam kebutuhannya di hari kiamat.

Sejalan dengan hal ini Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبــَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كَرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَمَنْ يَسَّرَ عَلـَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلـَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ. وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِى الدُّنْيَا وَالْاخِرَةِ. وَاللهُ فِىْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا دَامَ الْعَبْدُ فِىْ عَوْنِ اَخِيْهِ.

Barangsiapa melapangkan kesusahan untuk seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melapangkan baginya kesusahan dari kesusahan-kesusahan di hari kiamat. Dan barangsiapa memudahkan kesukaran seseorang, maka Allah akan memudahkan baginya segala kesukaran di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong seorang hamba selagi ia menolong saudaranya.

Hadirin kaum muslimin-muslimat yang berbahagia.
Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda:

وَيـَقُــولُ اللهُ تَعَالـَــى فِى كُلِّ  لـَـــيْلَــةٍ مِنْ رَمَضَانَ  ثـَـــلاَثَ  مَرَّاتٍ: هَـلْ مِنْ سَائــِلٍ فَـــأُعْطِـــيَهُ سُـؤْلـَهُ. وَهَــلْ مِنْ تـَــائِبٍ فَـــاَتـُـوْبَ عَـلـَيْهِ. وَهَـــلْ مِنْ  مُسْتَغْفِرٍ  فَــــاَغْــفِرَ  لـــَهُ.

Dan pada setiap malamnya Allah SWT berseru dengan tiga seruanNya: Adakah orang yang meminta kepada-Ku saat ini, maka Aku kabulkan permintaannya itu. Dan adakah orang yang bertaubat kepada-Ku saat ini, maka Aku terima taubatnya itu. Dan adakah orang yang meminta ampun kepada-Ku saat ini, maka Aku ampuni semua dosa-dosanya itu...!

Hadirin kaum muslimin-muslimat yang berbahagia.
            Betapa banyak kemuliaan yang terdapat dalam bulan Ramadhan, yang menjadikannya sebagai bulan paling mulia di antara bulan-bulan lainnya. Di antara kemuliaannya itu adalah:
            Pertama, pada malam pertama dari bulan Ramadhan ini, diturunkan shahifah Ibrahim as. Pada malam keenam dari bulan ini diturunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa as. Pada malam ketiga belas dari bulan ini, KItab Injil diturunkan kepada Nabi Isa as. Dan pada malam ketujuh belas dari bulan Ramadhan ini, kitab al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penutup kenabian.
            Kedua, bulan Ramadhan adalah bulan kekuatan, bulan kemuliaan, bulan kepahlawanan, dan bulan pengorbanan. Maka dari itu, sepanjang sejarah bulan Ramadhan selalu dikaitkan dengan kemenangan-kemenangan dan tanda-tanda kejayaan umat Islam. Tidakkah kita mengingat "Perang Badar" yang terjadi [ada bulan ini. Ia tidak lain hanyalah mukjizat Allah SWT yang turun dari lagit ke bumi di saat pasukan kaum muslimin dalam jumlah yang sangat sedikit dan sangat mungkin tidak berdaya menghadapi musuh yang begitu banyak. Namun takdir Allah berkata lain. Jumlah dan kuantitas bukanlah factor terpenting untuk meraih kemenangan. Betapa banyak jumlah yang sedikit tapi mampu mengalahkan yang banyak, hanya karena biidznillah. Kemenangan itu mampu diraih oleh siapa saja asal ia dekat dengan Allah SWT.
            Ketiga, pada bulan Ramadhan kaum muslimin memenangkan peperangan Tabuk, Ain Jalut, Hithhin, dan membuka negeri Andalusia. Semua kejadian ini menjadi stimulus bagi umat Islam untuk senantiasa berusaha untuk mengumpulkan segala daya upaya, kekuatan, benih-benih kepahlawanan untuk menggapai kemenangan di masa depan. Karena masa depan bukanlah milik siapa-siapa, tetapi milik Islam. 

Hadirin kaum muslimin-muslimat yang berbahagia.
            Segala sesuatu yang dicintai, pasti mendapat posisi yang istimewa di sisi pihak yang mencintai. Demikian pula bulan Ramadhan sebagai bulan yang paling allah cintai, maka posisinya di sisi Allah sangatlah istimewa. Sehingga tidak ada waktu yang terlewat di bulan ini kecuali Allah mempunyai perhitungan berlipat disbanding waktu pada bulan lainnya.
Di dalam sebuah hadis Qudsi Allah SWT menjelaskan:

كُلُّ عَمَلِ ابـْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ، الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ اَمْثَالِهَا اِلـَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ اِلاَّ الصَّوْمَ فَاِنَّهُ لِى وَاَنــَا اَجْزِىْ بِهِ. (رواه مسلم)

Semua amal anak Adam akan dilipatgandakan, setiap kebaikan akan dilipatgandakan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa, ia adalah rahasia-Ku dan Aku yang berhak memberinya pahala sekehendak-Ku. (HR. Muslim)

            Dan masih banyak lagi pahala yang disediakan oleh Allah SWT bagi hamba-hamba-Nya yang melaksanakan ibadah atau kebajikan di bulan Ramadhan ini.


بـــَارَكَ اللهُ لِــــــى وَلـَكُمْ
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh